Selasa, 10 Januari 2017

sidestory

Hi readers,
Lama gak ada postingan baru ya diblog gue, maafkan jika kalian menanti (memangnya ada yang menanti? Hehe). Dari beberapa waktu yang berlalu hingga melewati batas tahun, ya sekarang sudah tahun 2017 dan padahal hanya berselang beberapa bulan yang menurut gue waktu sudah berlalu masih dirasa kurang untuk mengikhlaskan hal yang tidak ada faedahnya saat itu. Meskipun begitu, hal-hal yang gue lalui selalu mengajarkan hal-hal baru untuk menjadikan gue yang lebih kuat dan lebih mampu jika hal-hal seperti itu akan terulang sekali lagi.

...

Semua berawal ketika kamu berfikir bahwa kamu adalah orang yang mengambil peranan dalam cerita, merasa seperti tokoh utama dalam sebuah kisah yang sedang berjalan. Kamu menikmati semua alur cerita yang dibungkus sedemikian rupa dengan segala momentum kebahagiaan dan menjadikannya layak kamu anggap sebagai bagian dari memori yang indah.

Dengan sebuah kesungguhan kamu memainkan peran itu, kesungguhanmu memainkan peran itu meyakinkan bahwa kamulah pemeran utamanya. Semua cerita mengalir dengan indahnya menuju sebuah muara yang tak tau entah kemana, kamu menikmatinya. Kamu dengan sangat yakin ini akan menjadi kisah terindah karena kamulah bintang utamanya, tak kamu baca lagi naskah-naskah dari pengalamanmu yang lalu dan terus memainkan peran itu.

Ketika semua mulai terasa indah dalam perananmu, kamu mulai terlarut dalam kisah-kisahmu sendiri tanpa tahu sesungguhnya kisah apa yang sebenarnya sedang berjalan ini. Hanya dengan sebuah adegan dari lawan peranmu kisah-kisahmu yang terasa indah itu berubah menjadi yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya, kamu rasa semua akan mengalir dengan tenangnya dan tiba-tiba ada air terjun kamu jatuh kebawahnya begitu saja.

Tanpa tiba-tiba kamu hanya menjadi bagian dari kisah indah lawan peranmu, dengan memunculkan pemeran utama sesungguhnya. Kamu bertanya, “siapa saya selama ini, bukankah ini kisah saya? Kenapa muncul seseorang yang mengambil peran saya?” tak terdengar suara yang sekiranya akan menjawab tanya itu. Dan akhirnya kamu sadar bahwa inilah kisah sesungguhnya, kisah indah yang bukan kamu pemeran utamanya.

Menjadi pemeran dari kisah indah semu, kisah indah dari cerita yang lain dan tanpa kamu sebagai bintangnya. Kamu sadar bahwa ini bukan kisah indah teruntukku, kamu hanyalah perantara dari kisah indah lain yang diperankan pemeran lain sebagai bintangnya. Akhirnya tak ada kisah indah yang kamu perankan, tidak satupun ada peran yang bisa kamu mainkan dalam kisah indah milik pemeran lain. Kamu terabaikan, terlupakan dan tak termasuk sebagai yang pernah berperan.

...

                Selama beberapa waktu ini gue mencoba kembali melakukan kembali hal-hal yang lebih berfaedah yang sempet gue tinggalin, gue balik lagi olahraga dan kembali rajin ke gym padahal sebelumnya hanya melakukan hal-hal yang entah ada baiknya atau tidak malahan ngebuat badan gue lebih gak karuan dilihatnya. Ya tentunya olahraga juga baik buat ngebalikin fokus gue yang gak karuan dibuatnya, ngebalikin fisik gue dan otomatis ngembaliin konsentrasi gue. Alhamdulillah fisik gue sudah kembali seperti sedia kala sehingga gue siap berjuang untuk hal-hal yang lebih pantas dipertarungkan.

                Sambil ngembaliin fisik dengan olahraga, gue ngebalikin fokus sambil bercengkrama dengan kawan baru gue. Fujifilm X-M1 adalah kawan baru gue, yang nemenin gue menikmati indahnya ciptaan Allah melalui sudut pandang lensa. Sambil belajar kembali gimana caranya motret gue saat ini lebih memilih momen daripada kualitas gambar yang diambil, tapi semoga nantinya kualitas foto gue jadi lebih baik dengan momen yang lebih spesial terciptakan.

                Sebenernya tulisan ini agak memaksakan, karena gue mencoba mengalihkan kekesalan dan berakhir pada karya tulis. It’s better-lah daripada terus-terus mikirin orang yang bikin kesel, gak juga dia yang bikin kesel lagi mikirin gue kan. Segini ajalah yang mau gue ceritain, karena masih awal tahun harusnya selalu memberikan motivasi untuk merevolusi diri. Maka awal tahun ini akan mengantarkan gue pada pintu-pintu dengan kisah yang baru dan semoga pintu-pintu yang hanya bikin kesal tanpa ada faedahnya tidak akan terbuka lagi, selamanya.


"bila bukan menjadi senjamu, bisakah aku menjadi sambutmu"
-galiehsaga-

Kamis, 24 November 2016

dulu, kini dan aku

dulu sebelum bertemu, aku tak memikirkan sosokku
aku tahu kau juga sepakat tentang itu
dulu saat kita bertemu, tak bosan aku mendengarmu
aku tahu kau juga sepakat tentang itu

dulu sebelum ada permulaan, aku memperbaiki niatku
aku tak tahu apakah kau sepakat tentang itu
dulu saat semua semakin seru, tak bosanku memperhatikanmu
aku tak tahu apakah kau sepakat tentang itu

dulu sebelum langit menghitam, kau menjadi senjaku
apakah aku harus menunggu kesepakatanmu
dulu saat langit mulai memerah, tak bosanku mendoakan kamu
apakah aku harus menunggu kesepakatanmu

...

kini setelah kita bertemu, kau bahkan tak mengenal siapaku
aku tahu kau sangat ingin menyingkirkan aku
kini saat kita bertemu, sangat menjenuhkan aku bagimu
aku tahu kau sangat ingin menyingkirkan aku

kini saat sedang berjalan, kau merusak usahaku
aku tahu kau sangat ingin mengabaikan aku
kini saat semua sudah layu, saat ingin kau melupakanku
aku tahu kau sangat ingin mengabaikan aku

kini setelah langit hitam, tak ada lagi syairku bernyanyi
aku ingin tahu apakah keinginan hatimu saat ini
kini saat langit telah berdarah, tak kugenggam impian kita
aku ingin tahu apakah keinginan hatimu saat ini

...

Rabu, 23 November 2016

perjalanan hati sekeras baja

note:
tulisan ini bisa dinikmati memulai dari bintang (*) manapun dan secara acak urutannya.
selamat membaca :)

*

Untuk mengalahkan seseorang kamu tidak perlu menghunuskan pedang, seseorang dapat kamu kalahkan hanya dengan mematahkan impian dan harapannya. seseorang bisa saja melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka impikan, bahkan dengan cara mengayunkan pedang terus-menerus. kemenangan dan impian hanya dibedakan oleh keyakinan terhadap apa yang dia ingin perjuangkan, apakah itu untuk menang ataukah untuk mimpi dan tidak teruntuk keduanya.

Ketika seseorang mulai berjuang untuk apa yang mereka inginkan, bisa saja dia mendapatkan dukungan dari orang-orang disekitar. saat orang-orang disekitar senantiasa memberikan dukungan yang tak ada henti-hentinya, membuat sang pejuang merasa dipermudah langkah perjalanannya. sang pejuang tidak mengenal siapa orang-orang ini, hanya samar-samar raut wajah yang tak terlukis dengan jelas pada memori ingatannya tetapi tetap saja ini mengganggu pikirannya "kenapa mereka melakukan ini untuk saya? bahkan mereka tidak tahu perjuangan ini untuk apa?" bisik-bisik dalam pikirannya.

Semakin hari perjuangan semakin terasa ringan dipundaknya, semua terjadi berkat bantuan dari orang-orang disekitarnya. "kenapa mereka sampai sejauh ini, apa yang mereka harapkan dari saya? bagaimana jika aku menghianati mereka suatu saat nanti?" pikirannya meracau tak menentu. pejuang merasa tak enak hati tetapi dia juga tidak ingin kembali berjuang sendiri, pasti akan menjadi sulit kembali jika harus melakukan perjuangan ini sendiri. pada akhirnya sang pejuang terlalu menikmati semua kemudahan-kemudahan yang terjadi, dirinya sudah tidak memperdulikan lagi keadaan orang-orang disekitar. orang-orang yang sudah membantunya berjuang selama ini, terabaikan hingga terlupakan.

**

Dalam menjalani kehidupan, seseorang pasti memiliki tujuannya sendiri dalam menjalani masa hidupnya. dengan berbagai tujuan itu seseorang mulai menciptakan visi, misi hingga mencita-citakan sebuah mimpi. apakah tujuan itu untuk pengaruh lingkungannya disekitar atau kedamaian dunianya sendiri, hanya dirinya dan semesta yang mengetahui segala isi hati.

Pada saat seseorang sudah mendapati arah dan tujuan hidupnya, maka dia akan melakukan banyak hal guna menjaga asa itu tetap ada hingga akhir hayatnya. tidak ada yang tahu jalan seperti apa yang akan dirinya lalui, apakah akan berjalan dengan mudah atau banyak rintangan yang menanti. dia hanya tau semua hal yang terjadi akan membuatnya semakin dekat dengan mimpi-mimpi, meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya takkan sebanding jika tujuannya telah memberikan hasil yang pasti.

Dan pada perjalanannya terdapat banyak hal yang harus dihadapinya. pertemanan, percintaan hingga penghianatan senantiasa menemani setiap langkah dari persimpangan yang dia temui. memperluas wawasan hingga terkadang merasakan bahwa dunia ini tak ada batasnya, aku butuh teman untuk menghadapinya. mempertegas kuasa hati bahwa aku tak kuasa menolak ketertarikan diriku akan sosok dirinya, aku sungguh-sungguh mencintainya. menerima kenyataan yang menakdirkan bahwa wawasan dan kuasa hati tak cukup untuk menemani melewati semua perjalanan ini, aku dikhianati oleh mereka yang kupercayai. akhirnya aku mengalah pada dunia ini, membiarkan siklus itu berulang kembali lagi dan lagi, biarlah pertemanan, percintaan dan penghianatan dengan setia menemani perjalanan ini.

Semakin jauh dia berjalan dikehidupan, tidak jarang dia dihadapkan pada sebuah pertarungan. dengan keyakinan diri dan tujuan yang harus diraih, dia membekali dirinya dengan segala persiapan untuk menghadapi kemungkinan yang terjadi pada pertarungan nanti. mendewasakan diri dalam setiap langkah menuju panggung pertarungan, tidak tahu siapakah yang menanti diatas panggung itu. apakah dia merupakan musuh yang selama ini menunggu, ataukah melawan diri sendiri untuk meningkatkan kualitas diri. hal pasti yang bisa diterima dalam pertarungan nanti hanyalah kemenangan sejati atau kekalahan yang memberi pelajaran.

***

Dari sekian banyak hal yang terjadi dihidup ini, janganlah pernah menyerah dalam menghadapi situasi-situasi yang sulit. ingatlah ketika pertama kali kamu memulai perjalananmu, kamu hanya sendiri dan hanya berbekal pesan-pesan orangtuamu yang kini semakin samar-samar mengiringi. ketika kamu bertemu seseorang yang menemani perjalananmu, tak perlu kamu tanyakan "sampai mana kamu akan berjalan bersamaku?" kamu hanya akan puas jika menerima jawaban yang ingin kamu dengar. biarkan saja dia menemanimu, hanya dia yang tahu sampai sejauh mana bisa menemanimu. mungkin saja dia hanya mampir sebentar untuk melihatmu, mungkin saja dia hanya singgah karena kasihan padamu, atau mungkin saja dia hanya bosan dan menganggapmu sebagai panggung hiburan. jangan kamu risaukan, teruskanlah perjalananmu sesuai dengan yang kamu impikan terjadi pada kehidupanmu.

Jika memang perjalananmu akan kamu hadapi sendiri, berbanggalah pada kemampuanmu melangkah selama ini. buktikan pada orang-orang yang pernah mampir sebentar itu melihat kesungguhan seorang yang berhati baja, yang tak tergoyahkan meskipun perjalananmu semakin sulit kau jejaki. keteguhanmu semakin menguatkan hatimu, menciptakan keselarasan antara wawasan (logika) dan kenyataan (hati). memastikan hatimu sekuat baja mampu menerima segala kenyataan yang ada, merangkul wawasan yang luas untuk menjadi langkah-langkah kakimu semakin tegap menuju mimpi yang kau ciptakan. hingga tiba dimana kamu menemukan seseorang yang menjemputmu dipersimpangan, seseorang dengan keteguhan hati yang sama kuatnya denganmu. meskipun kamu tidak tahu bagaimana dan perjalanan apa yang dia lalui hingga akhirnya dia menunggumu, menunggu kamu merangkul tangannya dan mengiringi sisa perjalanannya bersamamu.

Akan tiba dimana kamu dan teman perjalananmu membagikan kisah-kisah lalu, dengarkan saja dan pastikan itu tidak menganggu langkah kalian setelah itu. jika dia memang searah dengan visi, misi dan mimpimu kalian pasti akan melalui perjalan itu dengan tangan yang semakin erat digenggaman. bukankah sangat menyenangkan apabila berkesempatan mendapatkan teman untuk perjalananmu yang jauh itu,  teman yang semakin lama semakin menjadikanmu merasa paling sanggup menemaninya. teman yang membuatmu lupa, melupakan bahwa itu sesungguhnya adalah perjalanmu. kehidupanmu yang masih banyak langkah-langkah yang harus kau kuatkan, perlahan kau mulai goyah karena keyakinanmu berubah bukan untuk dirimu. sampai akhirnya kau sadari bahwa setiap orang sudah mendapati perjalanan kehidupnya masing-masing.

****

Entah kapan dan bagaimana akan terjadi, jangan pernah merasa sendiri apalagi iri hati terhadap perjalanan kehidupan seseorang. setiap orang mempunyai jalannya masing-masing yang membuat dirinya mampu menghadapi perjalan seorang sendiri, bahkan kamu tidak tahu seberapa kuat hatinya saat ini. bisa saja melebihi kekuatan hatimu yang sudah sekeras baja itu, kamu tidak tahu apa yang menjadikan hatinya bisa lebih angkuh daripada milikmu. yang bisa kamu lakukan hanya tetap melangkah menuju impian-impianmu, kamu tidak apa bila sendiri saat ini. pastikan dengan berjalan sendiri tidak menghalangi perjalananmu, bahkan jika mendapatkan teman perjalananpun kamu belum tentu bisa yakin pada akhir tujuan yang sesuai harapan.

Biarkan saja jika perjalanan oranglain terlihat menyenangkan karena tak sendirian, tidak semua yang berjalan beriringan akan mendapatkan kesenangan serupa. berjalan bersama memang mendapatkan keringanan bersama, tetapi juga mendapatkan tanggungan bersama sekaligus. dan jika kamu merasa ringan saat bersama tetapi menanggung sendiri saat berdua, apakah kamu akan tetap melanjutkan perjalanan bersamanya? ingatlah, kamu adalah sebuah hati sekeras baja. apapun yang terjadi akan tetap bisa kamu jalani, seperti apapun halangan yang akan kamu lalui.

Janganlah kau merasa sendiri walaupun hatimu sekeras baja, Tuhan tidak akan membiarkan kamu melalui perjalananmu berakhiri sendiri. Tuhan menjanjikan setiap manusia memiliki pasangan untuk menuju akhir sebuah perjalanan, apakah kamu meragukan sebuah janji dari Tuhan? teruskan saja langkah perjalananmu sampai akhirnya mendapatkan jawaban dari apa yang sudah dijanjikan oleh Tuhan, setelah kau menemukan dirinya yang dijanjikan maka telah lengkap segala persiapan. persiapan menghadapi bagian akhir dari perjalanan kehidupan, dimana kalian akan melanjutkannya bersamaan dengan bekal disetengah perjalanan kalian masing-masing. nikmatilah sisa akhir perjalananmu, dan buat mereka yang sedang bersamamu selalu mengenang masa-masa perjalanan itu.













"La belle vie est inspirée par l’amour et guidée par la connaissance"
-Bertrand Russell-



















Minggu, 20 November 2016

oh iya, kamu yang meminta

mengapa hal-hal yang menyenangkan mudah hilang begitu saja?
agar kamu tidak terlena dan lupa kepada siapa pemberi kesenangan.

mengapa kebahagiaan tidak ada tolak ukurnya?
agar kamu senantiasa membahagiaan siapapun tak terkecuali kamu.

mengapa sesuatu yang tidak kamu ketahui hanya membesarkan ego?
karena segala yang ingin kau tau, belum tentu kau mampu menanggungnya.

...

sejak hari itu semua tak lagi sama
tidak ada kehangatan saat salah satu berbicara
sejak hari itu semua tak lagi sama
tak pernah kuketahui apa maksud segala peristiwa

oh iya, kau bahkan tidak mengucapkan sepatah kata
hanya kenangan yang menjadikan terjemahaan-terjemahaan
oh iya, kau bahkan tidak meninggalkan sepatah kata
haruskah aku hanya menikmati keberadaanmu yang kian terdiam

bukankah kita dulu saling melebur segala kerinduan
dengan segala waktu dalam letusan keceriaan yang bersahutan
bukankah kita dulu adalah obat dari segala kecanduan
kesederhanaan dalam titik perhatian sebelum menjadi garis kebahagiaan

sejak hari itu aku bukanlah siapa aku
menjadikan segalanya hanya tentang aku tanpa kamu
sejak hari itu aku bukanlah siapa aku
tidak mengerti kenapa aku, tanpa penjelasan kenapa aku

...

dimanakah kehangatan yang saling menyatukan itu?
tepat berada pada dibahumu, tapi kau biarkan surut menuju tengah laut.

dimanakah kesederhanaan yang sering bersahutan itu?
tepat berada pada pelukanmu, tapi kau biarkan ego menyingkirkanmu.

dimanakah kamu yang baru kemarin mulai melangkah bersamaku?
tepat berada pada sisimu, tapi kau biarkan sebuah tanya menjauhkannya darimu.



Jumat, 18 November 2016

halusinasi hujan

Lihat apa yang gue lakuin malam ini? gue mau ngisi blog gue pake acara di draft dulu. biasanya juga trabas aja macam bus sumber bkencono solo-surabaya semua tulis sampai titik terakhir tanpa berhenti, tapi ada perbedaan untuk tulisan yang ini dan entah apa akan berlanjut pada tulisan gue nantinya atau tetap pada pola suka-suka gue mau nulisnya bagaimana.

Sebelumnya gue cerita kalo alasan menulis yang sering terjadi adalah karena kegelisahan yang dicurahkan, dan beberapa tulisan gue lainnya ternyata adalah alasan gue untuk menyampaikan pesan. karena gue gak punya kesempatan atau mungkin masih belum ada kesempatan untuk berbicara secara langsung, emang gue sadari gue lebih baik dalam berbicara sebagai media pendekatan daripada tulisan. ya karena belum di-ke-sempat-kan dalam momen bernama ngobrol, menjadikan ngoceh sendiri dalam tulisan adalah pelampiasannya. seseorang yang gue suka tulisannya, secara tidak langsung memacu gue untuk menulis lagi diblog sebagai penawar kegelisahan dan penyampai pesan. dan pastinya akan menjadi sebuah kenangan jika kembali membacanya di tahun-tahun kemudian. iya, di sekian tahun gue menghilang dari dunia blog, tulisan yang pernah tercipta bak poto-poto dari album poto lama yang jika anda buka tiap lembarnya anda akan teringat seluk-beluk hal mengenainya. bahkan gue sempat berpikiran untuk membukukan tulisan diblog gue ini dalam 5 atau 10 tahun lagi seandainya gue masih menulis. alasannya sederhanya saja, hanya untuk mengawetkan kenangan-kenangan dalam suatu masa ketika masa itu adalah dimana gue berani bercerita akan kisah-kisah perjalanannya. gue yakin jika memang akan tercipta buku itu, entah apa perasaan gue nanti saat membaca paragraf ini? ;D

76 Days later...

Setelah berhari-hari hingga bulan setelah 2 paragraf diatas akhirnya tulisan ini dilanjutkan pada paragraf ketiga. dan seperti yang gue kira, menulis dengan cara membuat draft tanpa catatan pribadi bukan cara gue ngeblog selama ini. karena tanpa catatan diluar draft, gue yakin tulisan ini bakalan berubah atau berkembang bahkan nyasar dari awalan topik yang mau dibahas dari kata penulisan paragraf pertama. biarlah, semua sudah terjadi adanya. biar gue tuliskan sedikit apa yang terjadi dalam 76 hari terakhir sebelum tulisan ini dilanjutkan.


*tarik nafas dalam-dalam* *hembuskan semua sampai tak tersisa* *bernafas normal*

Ketika postingan diblog sebelumnya gue menceritakan tentang seseorang, seseorang yang membangkitkan gairah gue dalam menulis blog karena kesenangan dia adalah blogging. maka tulisan kali ini akan menuliskan tentang seseorang yang membuat gue hanya ingin mencurahkan segala kata perkata diblog tanpa berharap tulisan ini dibacanya, tapi jika tetap ingin membaca sangat dipersilahkan. karena disini gue menulis dengan hati karena semua tulisan diblog ini juga terangkai lewat hati.

Beberapa waktu lalu gue dipertemukan dengan seseorang dalam sebuah teater layar lebar di pusat kota, berawal dari sebuah ajakan gue tentang film yang sedang ditayangkan. hari itu adalah pertemuan pertama kita setelah beberapa hari ngobrol lewat social media, gue sangat menikmati setiap momen-momen yang terjadi. ketika di studio teater terlihat adegan-adegan yang menyeramkan (bagi dia) dan biasa banget bagi gue (maklum biasa nonton yang sadis-sadis. LOL) secara berkala gue menenangkan dan memastikan "semua baik-baik aja, gue ada disini dan jangan takut" walaupun tanpa kata-kata. karena emang seharusnya pria bertanggung jawab atas pasangan yang sedang bersamanya, memberikan jaminan kalo dia akan kembali pulang dengan segala hal utuh tanpa ada yang kurang. setelahnya, berkesempatanlah kita pada tempat yang sederhana tapi bisa ngobrol sepuasnya. karena gue memang tipikal manusia yang ngobrol, karena ngobrol ngebuat gue bisa saling bicara dengen mengutarakan emosi dibalik kata-kata yang terucap lewat gerakan visual kita. sangat menyenangkan bukan, jika seseorang berkata dia senang bersama anda dan saat itu terucap, dia tersenyum lebar tepat dihadapan anda? itu lebih berarti daripada hanya sekedar tulisan dan kata-kata. hal ini juga berlaku untuk seseorang yang mengungkapkan perasaan sedih atau jenuh terhadap anda ;)

Hari-hari mulai dilalui dengan sapaan-sapaan hangat saat pagi hingga menutup hari. entah apa saja yang kita bicarakan tapi disetiap pesan masuk ke ponsel gue, gue selalu bisa merasakan setiap kata yang tertulis terdapat suara-suara yang bisa gue denger secara langsung. hal-hal seperti itu terjadi pada sebuah hubungan baru yang mulai dibangun, apalagi jika orang tersebut merupakan tipikal orang yang sudah lama tidak kita temukan. dan setiap obrolan yang tercipta menjadi semakin intense dari waktu ke waktu. bahkan sampai gue memberanikan diri kenal dengan keluarganya dan berharap dikenalkan pada sahabat-sahabatnya, karena semua hal ini gue dasarkan pada niat yang baik, niat untuk hubungan yang lebih baik. semakin hari berlalu tidak terlihat tanda gue akan berjumpa dengan orang terdekatnya selain gue yang (terlihat memaksakan) kerumahnya sehingga bertemu orangtuanya. entah apa yang dikhawatirkan olehnya, tapi jika akan terus seperti ini maka akan berlarut-larut tiada akhir. hanya sebuah keberanian dan sikap bisa mengatasinya, padahal dari awal gue sudah siap untuk menanggung banyak hal bersama. tapi untuk apa kalo pada akhirnya hanya gue sendiri yang melakukan hal itu tanpa ada langkah yang sama, yang dibutuhkan untuk berjalan itu adalah menyeiramakan langkah kaki. bukankah ini keahlianmu nona? :) entah bagaimana jika hanya sebelah kaki yang digunakan, pastinya akan menjadi sulit dan tanpa keseimbangan. dan hal-hal sederhana yang bisa gue lakuin seakan-akan hanya akan hanya menjadi gumpalan awan saja. pada akhirnya entah gue sendiri yang merasakan atau memang ada hal-hal yang menjadi terhindarkan, gue ngerasa akan terjebak dalam halusinasi hujan. karena gue belajar romansa dan menjalin hubungan dari @hitmansystem , hal-hal begini sudah sangat diperingatkan keras bahwa akan menimbulkan sifat-sifat yang hanya menjadi beban sendiri jika terlalu dinikmati sendiri. tetapi gue tetap menikmati apa yang terjadi sambil tetap mengontrol diri dari (mungkin) kekecewaan diakhir nanti, setidaknya kalo sudah kita persiapkan diri (dari kecewa) dan jika memang akan ada kecewa, cukup mudah rasanya untuk disudahi dan melanjutkan bersenang-senang kembali.

Setelah beberapa pekan terlewati hubungan pun menjadi semakin intim dan menyenangkan, menikmati kesulitan bersama, membicarakan tentang banyak hal dan (sesekali) hengot berdua. dan akhirnya gue terjebak dalam halusinasi atas semua hal yang terjadi, karena emang pada dasarnya niat gue adalah untuk hal-hal yang baik bahkan dalam doa sekalipun. hari berganti dan ilusi menjadi-jadi pada satu sisi, pada diri gue sendiri. gue terbiasa melakukan hal-hal menyenangkan selama ini dan ternyata hanya gue sendiri yang menikmati. gue sadar hal-hal menyenangkan yang biasa gue lakuin, ketika gue coba berbagi ke oranglain, tetep aja gue yang nikmatin sendiri. gue sadar penuh kalo kesenangan dia juga berasal dari orang-orang disekitarnya dan gue juga pengen diposisi yang sama, tetapi akhirnya gue (mungkin) gak terhitung adanya. setelah beberapa waktu gue mulai sadar bahwa kebiasaan-kebiasaan sederhana yang gue lakuin ternyata tidak menjadikan situasi yang baik, tidak lebih baik dari yang oranglain berikan. so, ketika gue tetep nganggep semua berjalan dengan baik, karena semua obrolan yang kita bicarakan semuanya terlihat seperti hal-hal baik seperti sebelumnya. ternyata hal itu lah yang menjadi bomerang buat gue atas rasa (jenuh) yang ada padanya.

Ketika gue sadar ada hal yang perlu kita bicarakan tetapi tidak pernah ada kata pertama dalam obrolan tentang ini untuk jadi pembahasan dan akhirnya BYUUUUR! tidak lewat obrolan, semua hal yang bisa dibicarakan turun dengan derasnya menghujani teriknya siang hari, dan dengan social media kata per kata yang hanya bisa terbaca tanpa gue bisa ngerti ekspresi seperti apa pada dirinya saat semua rintik kata yang diutarakan itu perlahan membasahi. gue gak butuh payung untuk berlindung, gue penikmat hujan. jikalau tubuh ini kebal penyakit flu, gue bakal selalu dibawah hujan kala ia turun membasahi. sekujur tubuh telah basah karena hujan, semua rintikan kecil itu telah turun dengan derasnya. tanpa sempat ada obrolan tentang cuaca yang mulai mendung berawan yang mungkin kita bisa bicarakan "mungkin ada rintikan, kamu mau berteduh atau berjalan membawa payung?". iya, gue kehujanan basah tanpa persiapan atau perlindungan. setelah basah kuyup akhirnya gue sadar, gue butuh mengeringkan diri sambil menikmati indahnya kemilau pelangi di ujung langit.

Keadaan sepertinya mulai berubah, berbagai hal yang kita biasa lakukan kini mulai luntur, larut dalam tetesan hujan yang sudah membasahi diri dengan derasnya tadi. apakah hal-hal itu bisa diperbaiki? ataukan kembali merelakan diri yang telah basah ini? sejauh ini, tubuh yang telah basah kuyup tetap bisa dinikmati. dingin sendiri, mengigil sendiri dan tanpa sambut hangat lagi. dirinya perlahan menghilang bersamaan dengan hujan yang kini telah mengalir entah kemana. telah dibawa bersama dirinya hal-hal kecil sederhana, kini kesederhanaan itu terlihat kian memaksa. sepertinya hal ini adalah sebuah tanda, gue gak akan merasakan kesederhanaan-kesederhaan yang ada sebelumnya.

Well, selagi menikmati indahnya warna pelangi, gue semakin belajar banyak hal. tentang awalnya rintik hingga menjadi turun hujan, tentang waktu yang berjalan akan bermanfaat atau berlalu, dan tentang kesenanganmu yang belum tentu barlaku bagi orang disekitarmu. jangan lupakan dirimu yang sebelumnya, menikmati hari-hari dibawah sinar matahari dengan selalu menyebarkan kebahagiaan dan cinta. dan ingatlah bahwa hujan yang mengiringi harimu juga membantu membersihkan diri untuk kenyamanan melanjutkan aktivitasmu dikemudian hari :)



"When do you think people die? When they are shot through the heart by the bullet of a pistol? No. When the are ravaged by an incurable disease? No... It's when they're forgotten!" - Dr. Hiluluk
(One Piece)



Jumat, 02 September 2016

come back is real!

Bismillah hirrohman nirrohim..

Istilah come back is real itu pasti lekat banget sama anak Dota, dan gue bisa dikatakan sebagai salah satu alumni dari permainan ini. Terkadang masih sempat gue memainkannya untuk selingan di sela-sela istirahat jam kerja, ya itupun karena ajakan para sesepuh yang selalu membujuk ketika mereka kekurangan pemain. Dota itu sendiri bisa dimainkan sendiri dalam mode Ai, tapi karena kondisinya dikantor mereka lebih memilih main 3v3 atau 5v5. makanya untuk menggenapkan gue sering diajak main, karena game ini juga mengajarkan gue banyak hal yang ternyata bisa diimplementasikan dalam kehidupan. Seingat gue, dulu sekali game ini sempat gue bahas sedikit dalam tulisan diblog ini bertahun yang lalu.

Yang pengen gue bahas disini bukan game tadi, melainkan istilah yang tertulis pertama kali dipostingan ini. Ya, come back is real ada apa dengan itu? Dengan spotify dan setengah gelas kopi sachet gue yang tersisa. Gue coba terjemahkan apa yang ada dikepala ini tentang come back is real versi gue.

Come back memiliki arti kembali sedangkan real memiliki arti nyata atau kenyataan, comeback is real disini gue artikan sebagai kembali itu adalah kenyataan. Kembali yang seperti apa? Kenyataan yang seperti apa?

Kembali, banyak hal yang bisa terjadi untuk sebuah kata ini. Banyak hal juga yang menyebabkan kata ini memiliki arti, salah satunya gue saat ini, saat tulisan ini dibuat dan akhirnya bisa beredar di dunia. Terdengar lebay, tapi memang begitulah situasinya. Kenapa? Karena saat ini gue sendiri masih bertanya-tanya, apa yang menyebabkan gue kembali ke dunia tulis? Kenapa gue mengisi blog gue lagi sejak terakhir tulisan gue beredar pada menjelang akhir tahun 2013? KENAPA??? Setelah ini sepertinya akan muncul lagi dan lagi pertanyaan kenapa di tulisan gue kali ini.

Kenapa setelah sekian lama gue menulis lagi? Kenapa nulisnya juga tengah malam seperti ini? Ya, harusnya beberapa jam lalu gue sudah memulai. tertunda karena twitter gue sedang maintenance secukupnya faktor sudah lama gak di jamah pemiliknya, dan akhirnya gue bisa fokus menulis walau tengah malam setelah twitter gue sebagaimana mestinya. Terus terang saja, ada beberapa hal yang menjadi motivasi untuk menulis kembali. Dialah seseorang yang menunjukkan dunianya melalui tulisan pada blognya, dia juga yang hari ini menghiraukan ajakan sekaligun mengubah situasi gue sebagai unknown person menjadi difficult level person. Entahlah, biar saja toh sudah terjadi. Jika akan diperbaiki biarkan seperti bagaimana Yang Maha Kuasa memberikan kesempatanNYA. Cukup membahas seseorang itu, gue sendiri sebenarnya sebelum malam ini juga sering memaksakan untuk menyisakan banyak waktu sekaligus menumpukan catatan yang bisa gue jadikan bahan untuk tulisan dalam blog. Yang harusnya sejak lama banyak tulisan beredar, kecuali yang satiuini. Kenapa tulisan yang ini tercipta tanpa rencana?

Ketika gue mau menulis ini dan membahasnya disini, kata kembali ini sendiri merupakan kegelisahan tersendiri yang mungkin malam ini gue paksakan untuk mengutarakan. Gue kembali menulis, apakah gue kembali merasa kesepian? Sejauh tulisan gue beredar, tulisan gue selalu tercipta dari rasa sepi, sepi yang menggerogoti hati yang memaksa untuk berbagi melalui lincahnya jemari. Gue sadari ada tulisan yang tercipta saat gue memiliki pasangan saat itu (baca mantan), keadaannya juga sama. Bersama pasangan tidak menjamin kesepian tidak akan menghampiri, hanya saja banyak cara untuk mencari ketenangan dalam sepi dan buat gue menulis adalah vaksinnya. Setiap kata yang tertulis malam ini mewakili kesepian gue, entah dari sepi yang seperti apa. Apakah setelah semua ini gue kembali merasa kesepian? Dan akhirnya membuat sepi menjadi gelisah, kegelisahan akan hal-hal yang terlalu terperinci dalam pikiran memaksakan untuk mencari penawarnya. Kegelisaan yang memaksa untuk menulis seketika berubah menyenangkan, bahkan jika setelah menulis bisa membawa pembaca merasakan perasaan penulis itu merupakan hal yang luar biasa. Karena tulisan yang tercipta juga tercurahkan kepada mereka yang membaca, gue rasa semua penulis selalu bertujuan untuk itu.

Kenapa akhirnya gue merasa gelisah, setelah sekian tahun gue lalui tanpa harus menulis di blog. Ya gue sendiri sih baru sadar beberapa hari ini, alasan-alasan terdahulu mengapa gue nulis di blog. Itu juga membawa gue akhirnya kembali menulis. Kegelisahan yang terjadi sebenarnya juga selalu terjaga konsultasinya kepada Yang Maha Kuasa, tapi tetap saja menulis juga membantu gue dalam proses penyembuhannya. Wait, apa gelisah itu sejenis penyakit???

Banyak orang yang menolak untuk tidak kembali, dengan berbagai macam alasan diri sendiri pada situasi yang mereka jalani menyebabkan kembali bukanlah situasi atau pilihan yang harus dijalani. Lantas, kenapa gue kembali menulis malam ini? Mungkin benar jika ini termasuk dalam kategori situasi, apakah juga termasuk pilihan? Mungkin iya, karena dengan menulis di blog gue memilih penawar gue sendiri. Yang sebelum-sebelumnya terbukti mampu menjadi penawar suatu keadaan gue, entah saat ini atau nanti setelahnya pasti terjawab.

Ketika gue kembali menulis, dengan sendirinya gue merasakan kegembiraan dalam suasana reuni saat masih aktif menulis. Mungkin juga karena kondisinya yang berbeda, dulu mahasiswa yang emang suka begadang sedangkan sekarang pekerja yang hanya saat weekend bisa begadang. Tetap saja memori-memori itu membantu memecah alur cerita karena cengar-cengir sendiri seakan-akan gue kembali pada masa itu. Setelah cukup panjang jari menerjemahkan isi hati, gue bisa senyum sendiri pada paragraf ini dan segera disudahi saja tulisan ini. Haha kenapa nih gue? =))

Kenyataannya, tidak semua orang yang dapat kembali dapat pula menerima kenyataan pada posisi dia dikembalikan. Ketika gue menuliskan come back is real gue sendiri sadar bahwa kenyataannya sekarang gue nulis lagi. Kembali menulis setelah sekian tahun terlewati, dengan tidak juga rasanya ingin kembali. Kembali sendiri merupakan sebuah pilihan, apakah kamu akan kembali begitu saja atau dengan segala persiapan. Karena untuk kembali, berarti kamu akan mengalami beberapa hal-hal atau situasi yang pernah kamu alami. Entah saat kamu kembali nanti, itu akan terasa seperti sebelumnya ataukah akan berubah dan tidak ada sama sekali persamaannya.

Yap, sekian dulu yang pengen gue tulis. Tulisan kali ini juga merupakan sedikit sindirian diri dan bagi yang merasakan.

Siapkah kamu untuk kembali? Pastikan tidak melihat kebawah saat kamu sudah berada diposisi yang kamu cukupkan untuk kembali.

                                                       The Script - Man On a Wire.mp3



Who would have thought I'd see you with someone else?
Who would have thought that I'd be in such a mess?

Now you know, now you know

I'm just a man on a wire

But I walk that line
I try to keep my senses
Make it to the oher side
I know the consequences and
I feel like I'm walkin' on a tight road


Kamis, 21 November 2013

jendela si perantara hati

sudah beberapa hari ini gue terserang flu, tapi saat menulis ini keadaan gue udah lebih baik dari sebelumnya. yah, mungkin gue kecapean jadi pengangguran. aneh banget, nganggur kok capek? ya capeknya bukan di badan, kemungkinan penyebabnya dari pikiran yang otomatis pikiran capek badan ikutan capek (sok tau banget otomatis). namanya juga manusia, bisa memudar kualitasnya kalo gak dilatih. gak sedikitkan orang yang berbadan kekar kemudian badannya melar, orang yang sekolahnya juara olimpiade sains kemudian jadi tukang tanda tangan. 

keesokannya gue periksa ke dokter langganan, Alhamdulillah tensi gue udah normal lagi, mungkin pagi ini sudah bisa menyantap nikmat kopi lagi. sejak hari ini udah 12 hari gue lalui hanya dengan 1 teguk kopi yang dibuat adek gue (ngembat). entah, kalo masih di kos gue bisa bertahan selama itu atau tidak. ohh kosan..

gue pengen bercerita, mungkin kali ini gue buat edisi cerpen ya. ada beberapa orang di socmed yang membuat gue pengen membuat sebuah cerpen, entah nantinya pantes dibilang cerpen atau tidak itu terserah pembaca, gue hanya menulis apa yang pengen gue ceritakan.

...

pagi hari yang kekuning-kuningan dengan sautan ayam berkokok dan burung yang menyanyikan lagu-lagu kesukaan. setiap hari melihat sebuah paras yang menyembunyikan hati, yang setiap hari juga aku saksikan rumah itu yang tidak lain adalah sebuah hati yang terjaga dalam paras wajah yang menawan. tidak cantik, hanya menjadikan pandanganku tetap terjaga karena merupakan sebuah selera. setiap orang boleh dong mempunyai selera? karena selera bisa mengajak seseorang kepada sebuah hasrat yang menentukan pada banyak persimpangan.

setiap kali melihat paras itu selalu terlihat pintu yang tertutup dengan jendela yang terbuka beserta horden yang terikat di pinggirnya, seakan membiarkan siapapun yang lewat ingin menebak ada apa didalamnya. dan sesekali pemiliknya memperlihatkan dirinya dibalik jendela itu sambil mengawasi siapa saja yang sudah lewat di depan hatinya. dengan sikap biasa dia mengawasi siapa saja setiap harinya, tidak ada pesan yang dia tinggalkan untuk orang-orang yang juga mengawasinya.

namun tidak padaku, dia membalas tatapanku saat aku mencoba menatap parasnya di jendela itu. walaupun aku berada jauh diluar pagar yang menutupi halaman hatinya, aku tetap berusaha menjaga tatapannya padaku agar supaya suatu saat aku berani memasuki halamannya untuk mengetuk pintu dan masuk kedalam hatinya. bukan pengecut, aku tidak berani hanya karena aku tidak harus memaksakan diri menghampiri pintu itu, sedangkan aku tetap bisa mengawasinya melalui jendela yang selalu dia bersihkan kacanya setiap hari. tentu saja aku tidak mengharapkan apapun walaupun kita sering untuk saling menjaga tatapan dari jendela itu. tidak ada yang bisa dimengerti dari tatapan itu, kita tidak pernah bicara.

hingga suatu senja, sebelum horden jendela itu tertutup aku berdiri tepat dimana biasanya tatapan kami bertemu. aku melihat dia hendak menutup horden jendela karena langit mulai menghitam, dia berhenti seketika menunda menutup horden itu dia melangkah pergi. pikiranku pun bertanya "apakah aku harus menunggu dia menutup horden itu, ataukah pergi saat ini juga? mungkin dia tidak ingin melihatku lagi" aku memutuskan untuk menunggu dia menutup horden itu. tak berselang lama dia kembali dengan selembar amplop putih ditangannya, dia melambaikan tangan memanggil agar aku bersedia menerima amplop putih yang ada ditangannya. aku menghampiri jendela itu dan menerima amplop putih pemberiannya, sentak dia langsung menutup jendela dan horden pun tertutup. hanya amplop putih dan tanpa sebuah kata terucap dari balik jendela itu.

aku tak mengerti apa maksud dari perilakunya pada senja itu. sekarang di tanganku terdapat sebuah amplop putih yang ternyata terselip sebuah surat didalamnya. "apa aku harus membaca surat ini? padahal dia tidak memintaku membacanya saat memberikan surat ini padaku" aku bergumam kepada langit-langit kamarku. "baiklah aku akan membacanya, aku membaca karena pasti kamu menginginkannya" aku berucap seolah dia juga memintaku menjawab. dalam posisi duduk yang santai aku membaca isi surat itu, ternyata dia ingin mengetahui siapa diriku pria yang selama ini diterima dengan baik tatapan matanya. dia akan bekerja diluar kota, sehingga dia memintaku untuk membalaskan surat ini jika aku mau membalasnya pada tiap akhir pekan. dia benar-benar tidak mengharapkan balasan suratku, tapi dia tetap akan menerima surat itu bila aku bersedia membalasnya. dia berpesan saat aku ingin membalasnya agar aku menyelipkan surat itu dari jendela dimana kita saling bertatap, agar dia tahu bahwa surat itu adalah dariku, bukan dari orang selain aku.

"apa aku akan benar-benar membalas surat ini? padahal dia tidak mengharapkannya? tapi aku tetap ingin mengenalnya? ya, mengenalnya saja mungkin cukup tanpa mengharapkan suatu saat aku berada didalam jendela itu" pikiranku pun mulai tak menentu, menafsirkan semauku, dan mulai melukis kebodohan semu. "aku akan membalasnya, kita bisa saling mengenal dan tidak ada yang salah dari itu" terlintas senyum menjuntai setelah kata-kata itu terucap dari mulutku.

saat surat balasan pertama kuberikan, aku melihat hati itu tampak sepi dengan pintu dan jendela yang terkunci rapat. aku tau dia sedang tidak ada didalamnya, dan sengaja meninggalkannya begitu saja karena ingin berkerja tanpa menganggu kepribadiannya. sejak saat itu aku paham kenapa dia memintaku untuk mengirimkan balasan surat pada akhir pekan saja. karena memang seharusnya seorang pekerja meninggalkan hati dan berfokus pada pikiran untuk mencapai kecakapan selayaknya seorang pekerja. karena pekerjaan bukan soal hati, pekerjaan adalah sebuah kehidupan yang hati hanya sebagai pelengkap setelah aktivitas kerjanya berakhir. karena hatinya adalah tempat beristirahat pikirannya yang letih oleh pekerjaan. tidak semua orang bisa menempatkan hati dan pekerjaan secara terpisah, aku tidak tahu mengapa dia melakukannya. aku menyelipkan surat balasan pertamaku di jendela yang terkunci seperti pintanya dalam surat itu.

dalam beberapa pekan, surat demi surat membuat kita saling mengenal satu sama lain. tidak semua, tapi kita saling mencoba untuk mengenal seperlunya saja. masih ada jarak yang memisahkan, entah apa itu aku tidak mengerti dan aku tidak ingin mencari tahu. meskipun sesekali kita menikmati akhir pekan berdua menyaksikan skenario alam yang tercipta, dengan sedikit mencuri kesempatan aku mengenggam jemari itu dan aku selalu gagal, hanya sesekali menyentuh kulit tangannya saja dan itu juga yang sering menjadi gangguan dalam pikiranku. tidak banyak waktu kita bersama, tapi disaat kita bersama aku selalu senang bisa melihat dua buah mata indah itu tanpa terhalang oleh jendela yang selama ini kita lakukan untuk saling menatap. aku selalu menyimpan memori tatapan itu pada semua kotak yang akan aku buka kotak itu saat aku hampir melupakan dia. aku sering hampir melupakan dia, mungkin karena kesibukannya atau karena waktu kita yang terbatas untuk bersama atau menunggu suratmu di akhir pekan itu yang terlalu lama, meskipun begitu aku tetap menunggunya karena kamu selalu menyuratiku dari jendela itu.

akankah ada saat kamu menyelipkan sebuah kunci dalam surat yang terselipkan di jendela itu? kunci seperti apa? kunci dari pintu yang terkunci itu pastinya. atau akankah suatu saat kamu menuliskan pesan dalam surat yang untuk mengetuk pintu itu karena kamu akan membukanya pada hari yang sama, saat aku menyelipkan surat pada jendela itu. tentu saja ini sebuah permintaan dariku yang mungkin suatu saat akan ku tuliskan dalam balasan suratku. hingga saat itu, aku akan tetap membalas surat dari melalui jendela itu. surat yang ditulis tanpa harapan dan tanpa permintaan untuk menerima balasan.

...

entah mengapa, gue menceritakaan cerita diatas berdasarkan beberapa hal yang pernah gue alamin, atau mungkin ada orang lain yang juga mengalami. yang pasti cerita itu akan berakhir pada saat pemilik hati telah menempatkan seseorang didalamnya untuk menjaga hati dan dirinya. meskipun bukan gue orang yang dipersilahkan menjaga hati dengan jendela yang selalu memberi kabar kepada kita untuk saling mengenal.


kau boleh saja teriak di depan mataku, hingga kau habiskan semua amarahmu. tapi kau sama sekali tak bersuara, lalu manfaatkan kelemahanku. The Rain - Kau Buat Aku Menunggu.